Inggil Museum Resto: Menikmati Kuliner Malang Rasa Tempoe Doeloe – Blog post kali ini saya ingin menceritakan pengalaman menginjakkan kaki di Kota Malang untuk kedua kalinya. Namun cerita ini khusus menceritakan kesan di malam pertama saat tiba disana. Sedangkan cerita lengkap perjalanannya menyusul ya :)
Apabila kamu mengunjungi Kota Apel ini tapi nggak memiliki banyak waktu untuk jalan-jalan, maka Inggil Museum Resto bisa menjadi pilihan. Why? Karena disana kita nggak hanya menikmati enaknya kuliner Malang. Tapi juga dapat belajar sejarah dan melihat beragam barang-barang jadul (jaman dulu). Seperti, telepon antik yang masih pake putar-putar, mesin tik, ratusan kaset lagu-lagu dari penyanyi tahun 90’an, foto-foto hitam putih, poster, piringan hitam, cetakan batik cap dan masih banyak lagi.
Pintu masuk resto. Uye, ada free wi-fi :D |
Telpon antik. |
For the first sight, saya langsung suka rumah makan ini karena menggabungkan konsep resto dan museum. Bangunannya mencerminakan tempoe doeloe yang biasa saya lihat di foto-foto dan film-film. Tiang-tiang dari bambu lalu sangkar burung yang digantung diatasnya, lantai masih ubin abu-abu, bangku dan meja kayu, jendela-jendela tinggi dan ada pintu masuk beratapkan jerami.
Permainan musik yang dimainkan pun semakin membuat saya dilempar ke jaman dulu. Gesekan biola dan alat musik tradisional lainnya mengalun lembut bersama merdunya suara penyanyi. Mulai dari keroncong hingga dangdut campur. Tak hanya itu, pertunjukkan seni seperti tari tradisional pun ada.
Pertunjukan seni tari |
Selain itu Mas-Mas dan Mbak-Mbak yang melayani tamu juga pengunjug berpakaian khas Indonesia, yaitu blankon juga kebaya. Pelayanan mereka juga baik. Buktinya saya tanya-tanya seputar Inggil Museum Resto, mereka dengan senang hati menjawab. Bahkan bersedia menemani bule-bule keliling melihat koleksi barang-barang antik sambil menjelaskannya.
Soal saya nanya-nanya sebenarnya karena unsur kepo. Kok bisa sih bikin resto kayak gini? Meskipun tidak banyak jawaban yang didapat. Tapi dari percakapan dengan Mbak-Mbak kasir disana, saya jadi tau ternyata semua barang-barang antic dan jadul ini adalah koleksi pribadi. Sebelumnya Inggil ini adalah hotel. Tahun 2004 diubah menjadi restoran. Sebabnya sih saya kurang tau.
Okay back to topic. Di Inggil Museum Resto, saya dan keluarga memilih lesehan. Karena lebih nyaman, santai dan tentunya agar kaki bisa selonjoran, hehe. Tak banyak tempat lesehan yang tersedia, tapi untungnya ketika kami datang ada yang kosong. Sambil menunggu pesanan, kami menikmati pertunjukan seni dan musik lalu foto-foto sekeliling resto.
Selain tempat makan lesehan, ada juga banyak bangku dan meja yang disediakan. Panggung besar berwarna hijau dengan diatasnya tertulis INGGIL di depan. Namun jika kamu ingin tempat yang cukup tenang, ada ruangan yang sedikit tertutup di dalam resto. Tentu saja ruang makan tersebut juga bernuansa tempoe doeloe dimana kiri-kanannya dikelilingi barang-barang antik, jendela juga pintu tinggi dan dinding berwarna hijau.
Makan di kelilingi kaset-kaset jadul. Mau coba? |
Finally i found you. Westlife <3 |
How about the price? Mahal atau murah? Menurut saya standar. Persis dikatakan Pak Driver yang mengantar kami. Kisaran harga makanannya mulai dari Rp.10.000 – Rp.45.000. Bagaimana dengan menu makanan disana? Pilihan makanannya beragam. Mau nasi perporsi hingga pake bakul ada. Dari ikan bakar hingga ayam penyet juga ada. Lalu potongan buah-buahan segar tersedia. Minumannya mulai dari jus sampai es, lengkap ada. Tapi ntah kenapa ya makan apapun saya lebih suka minumnya es teh manis :D
How about the taste? Menurut saya enak. Daging ayam bakarnya lembut. Cuma nasinya sedikit kurang matang. Ternyata Mama juga sependapat. Kalau Ayah dan kedua adik laki-laki saya no comment sih.
Intip. Toko Souvenir di Inggil Museum Resto. |
Tadinya setelah makan mau liat-liat souvenir di toko bernama Intip yang terletak di depan restoran. Toko souvenir atau oleh-oleh ini masih satu area dengan Inggil Museum Resto. Tapi karena sudah larut malam dan badan sudah nagih minta istirahat. Akhirnya kami langsung ke mobil, pergi menuju hotel.
Nah, kalau saya ditanya, “nanti misalkan ke Malang lagi, mau balik ke resto ini gak?”
Jawabannya, “sure, why not?”
Jl. Gajah Mada No.4
Telp: (0341) 332110
E-mail: RM_INGGIL@TELKOM.NET (Malang – Indonesia)
Nuansa tempoe doeloenya kental sekali... :)
BalasHapusyup betul :)
HapusTempatnya unik ya mba:) dan ada wifinya jadi makin seru.
BalasHapusiya mbak. beda dari yang lain. pejuang wifi gratis mari merapat XD lol
HapusSeruuu... Jadi unik yah restonya
BalasHapusada nilai plusnya kalau unik ya
HapusOkka kok gelap keliatannya ya, aku malah jadi merinding
BalasHapusrumah jadul, malam hari, kamera tak memadai = bikin seram. hahaha. aslinya nggak menyeramkan kok mbak. ini karena kameranya kurang memadai foto malam aja. Diedit malah jelek. Hehehehe lol
HapusMungkin pas datang kesana kebetulan nasinya dapat yg kurang matang. Saya jg satu dua kali klo ke resto langganan, dpt nasi kurang mateng. Tp di resto langganan itu nasinya free sih jd bingung juga klo komplen hehehe
BalasHapusya mungkin emang kebetulan dapat nasinya kurang matang.
Hapuskalau kasus mbak aprilia, saya juga bingung kalau jadi mbak. mau komplain tapi kan gratis. hehehehehehe
kapan bisa ke malang ya , sudah lama sekali gak ke malang
BalasHapussemoga bisa segera jalan-jalan ke Malang ya Mbak
HapusPernah ke sini, tapi cuma mampir doang, gak sempat makan di sini.
BalasHapusnext time coba main ke sini ya mbak :)
HapusKuliner Malang, kuliner Jawa timur, baru beberapa jenis yang pernah icip. Karena lidah jawa cenderung manis, kuliner Jawa Timur terasa pedas
BalasHapus