Alasan Kenapa Film Pesantren Impian Layak Ditonton |
Apa genre film favoritmu? Apakah romance? Atau komedi? Kalau saya pribadi lebih suka genre drama, adventure dan mystery atau thriller.
Film thriller favorit saya adalah Film Sherlock Holmes. Aaah, siapa sih yang nggak suka film detektif asal Britania Raya ini. Film yang diadopsi dari buku karya Sir Arthur Conan Doyle.
Sebagai penyuka film bergenre thriller, saya penasaran dengan salah satu film Indonesia yang baru saja rilis tanggal 3 Maret lalu. Sebab foto dan trailer film yang disutradai oleh Ifa Isfansyah ini kerap berseliweran di timeline sosial media. Film yang digarap oleh MD Pictures itu bernama Pesantren Impian. Film yang diadaptasi dari sebuah novel karya seorang penulis terkenal bernama Asma Nadia.
Sebelumnya ingin memberi tau bahwa saya pribadi belum sempat membaca novel Pesantren Impian. Jadi pada blogpost review kali ini, saya tidak akan berkomentar terkait kesamaan atau perbedaan cerita antara novel dan film berjudul Pesantren Impian. Jadi tulisan ini hanya menceritakan kesan dan pengalaman saya sebagai penonton saat menonton Film Pesantren Impian.
Pengalaman Menonton Film Pesantren Impian
Hari Sabtu lalu (12/03/2016) saya memutuskan untuk pergi menonton Film Pesantren Impian di Depok Plaza. Pada hari yang sama pula diadakan nonton bareng dan jumpa para pemain Film Pesantren Impian.
Saya tiba di Depok Plaza sekitar jam 1 siang ketika matahari bersinar terik tidak seperti hari-hari sebelumnya – mendung dan hujan lebat. Bergegas saya menuju Cinema 21, khawatir tiket bioskop untuk pukul 14.30 habis. Alhamdulillah, masih kebagian tiket.
Satu setengah jam menuju pemutaran film, saya memilih menunggu dan duduk di kursi yang menghadap mini cafe bioskop. Saat itu suasana bioskop terlihat lenggang dan tak menujukkan tanda-tanda akan ada Nobar. Hanya ada aroma pop corn yang tercium juga menggoda, pemandangan pasangan kekasih yang bergandengan tangan menelusuri lorong bioskop, tawa anak-anak kecil yang tengah lari-lari dan orang-orang yang tengah mengabadikan momen mereka lewat selfie.
Tapi siapa sangka setengah jam sebelum film diputar, bioskop mulai ramai. Beberapa orang bahkan memilih duduk di lantai sebab tak kebagian kursi. Dari anak-anak, remaja hingga orang dewasa tumpah disana. Bahkan ada adik-adik yang masih mengenakan seragam pramuka juga datang nobar sambil membawa topeng berwarna coklat keemasan ditangan. Topeng yang menjadi icon dari film Pesantren Impian.
Lima belas menit kemudian Mbak Asma Nadia dan tim datang, sepontan kerumunan orang mendekati penulis kelahiran Jakarta itu. Sedangkan saya memilih segera memasuki ruangan teater yang telah dibuka.
Opening Film Pesantren Impian dimulai dengan musik yang menegangkan. Suasana misteri pun langsung terasa di menit pertama.
Film ini merupakan kisah sepulah orang wanita yang diundang untuk tinggal di Pesantren Impian. Sebuah pondok sederhana juga terpencil yang didirikan oleh Gus Budiman. Tujuan dibangunnya Pesantren Impian adalah memberikan kesempatan kedua bagi mereka untuk memperbaiki diri dari masa lalu kelam. Seperti terlibat kasus narkoba, hamil diluar nikah hingga kasus pelacuran.
Latar belakang dan masalah yang beragam membuat mereka sulit untuk saling akur dan bersahabat. Hingga suatu hari terjadi sebuah kasus yang menggemparkan pesantren dan mengkhawatirkan seluruh santriwati.
Setiap malam mereka dihantui rasa takut dan was-was. Suasana pesantren semakin mencekam. Kejadian-kejadian aneh terus bermunculan dengan meninggalkan teka-teki yang seolah tak memiliki ujung. Beberapa adegan fast motion yang menegangkan ditambah efek suara mendebarkan sempat muncul secara mendadak. Membuat dua penonton cilik disebelah saya histeris ketakutan dan menutup muka. Saya tebak mereka masih penasaran karena perlahan mencoba mengalihkan tangannya yang menutup muka.
“Hehe, kalian berani juga ya dek,” tawa saya dalam hati.
Sepanjang film diputar saya sempat menduga-duga jalan cerita film Pesantren Impian. Semua pemain terlihat mencurigakan dan memiliki alibi. Ternyata bukan hanya saya sendiri yang sibuk menebak pelaku kejahatan. Beberapa penonton juga terdengar setengah berbisik menerka sana-sini.
“Jangan-jangan si ini. Jangan-jangan si itu. Atau bisa jadi dia orangnya,” respon beberapa penonton di dekat saya.
Jujur saja saya sedikit bingung dengan ending filmnya, "Mungkinkah akan ada Pesantren Impian Kedua?" Entahlah. Yang jelas akhir cerita ini menggiring penonton untuk berimajinasi.
Kesan Setelah Menonton Pesantren Impian
So far, cukup suka dengan alur cerita, efek suara, akting para pemain dan pengambilan filmnya. Sepengetahuan saya untuk Film Indonesia yang bergenre thriller dengan sentuhan religi barulah Pesantren Impian. Jadi bukankah sudah selayaknya kita mengapresiasi dan mendukung Pesantren Impian sebagai film yang pertama kali mengusung thriller dengan menyisipkan pesan kebaikan.
Selain menegangkan, film ini juga memiliki adegan lucu. Sehingga penonton juga dibuat terhibur dengan aksi kocak dan dialog ringan yang mengundang tawa oleh beberapa pemain.
Jadi kalau disimpulkan, kenapa Film Pesantren Impian layak untuk ditonton:
1. Film bergenre mystery dan thriller ini tidak hanya menyuguhkan kasus dan teka-teki. Tapi juga pesan-pesan kebaikan.
2. Film misteri yang tidak menayangkan adegan kekerasaan dan vulgar.
3. Banyak public figure, tokoh, sutradara dan masyarakat yang menyatakan bahwa film ini recommended untuk ditonton.
4. Film yang diadaptasi dari novel karya Asma Nadia. Dimana tiga novelnya juga sudah difilmkan. Yaitu Assalamu'alaikum Beijing dan Surga Yang Tak Diriundukan. Lalu akan segera tayang, Love Sparks in Korea.
Harapan saya setelah menonton film Pesantren Impian adalah semoga selanjutnya muncul film-film Indonesia bergenre mystery dan thriller yang memiliki kasus juga teka-teki lebih menegangkan, seru dan tetap mengandung pesan dan juga nilai positif.
Maunya sih, analisis kasus misterinya kurang lebih seperti Sherlock Holmes. Hahaha, duh ngayalnya tinggi banget ya. Please, jangan terlalu dibawa serius ya. Namanya juga berimajinasi XD.
Keterangan Film:
Judul : Pesantren Impian
Penulis Novel : Asma Nadia
Penulis Skenario : Alim Sudio, Salim Bachmid
Pemain : Prisia Nasution, Dinsa Kanya Dewi, Indah Permatasari, Deddy Sutomo, Sita Nursanti, Shabrina Sungkar, Fachri Albar
Relaease Date : 3 Maret 2016 (Indonesia)
Genre Film : Mystery dan Thriller
Pesantren Impian |
Foto Bersama Penulis Pesantren Impian. Mbak Asma Nadia. Nice to meet you again, mbak :) |
kalau saya sepertinya gak akan berani nontonnya. Tapi mungkin kalau coba baca bukunya masih berani :D
BalasHapuskalau udah selesai baca, pinjem ya mbak bukunya... hihihi XD
HapusKayaknya menarik filmnya. Coba cari bukunya dulu aja. :)
BalasHapusSelamat membaca mbak uwien
HapusBaca reviewnya jadi makin penasaran soalnya bukunya belum baca. Aku baru mau nonton minggu depan, insya Allah.
BalasHapusayo mbak tia buru nontonnya. soalnya dengar-dengar filmnya gak lama tayang di bioskop
Hapusdiangkat dari novel yah Mbak?? Penasaran pengen baca novelnya :)
BalasHapusiya mbak. selamat membaca :)
Hapuswuihhh foto sama mbak asma nadia, ini sih kesukaan okka banget ya, aku belum ke bioskop lagiii euy, kapan ya bisa nonton
BalasHapusayo mbak nonton lah... sekalian foto bareng mbak Asma. hehe
HapusSaya udah nonton.. Cukup terkaget-kaget karena beda sama novelnya. Tapi ya gitu deh kalau udah baca bukunya jadi suka ngebandingin. Padahal novel dan film beda :-)
BalasHapusbeda banget ya mbak??? ya begitulah. terkadang kita gak bisa maksain imajinasi kita (pas baca novel) harus sama dengan filmnya. *puk puk puk*
Hapusbelum juga baca novelnya udah rilis duluan filmnya, duh galau
BalasHapusgalau pilih nonton atau baca dulu XD wkwkw. nonton aja dulu mbak. mumpung masih ada :D
Hapusaahh pengen foto bareng bunda Asma lagiii :)
BalasHapusyang pesantren impian udah nonton mbak? ntar love sparks in korea nonton bareng yuk :D
HapusSaya.. Cukup membaca reviewnya mbak, soalnya saya g suka sama film genre begini dari dulu. Takuuuuut!! Salut buat cewek2 yg emang hobi nonton film begini
BalasHapusjadi penasaran ingin nonton filmnya plus baca novelnya pesantren impian, tapi sepertinya lebih tertarik baca novelnya :)
BalasHapus