Satu Hari Keliling Pontianak - Assalamu’alaikum.
Halo semuanya.
Kira–kira kalian tau nggak nih daerah yang memiliki sungai terpanjang di Indonesia? Tempat ini juga memiliki fenomena alam titik kulminasi yang selalu terjadi setiap tahun dua kali.
Kira–kira kalian tau nggak nih daerah yang memiliki sungai terpanjang di Indonesia? Tempat ini juga memiliki fenomena alam titik kulminasi yang selalu terjadi setiap tahun dua kali.
Inilah dia Kota Pontianak,
Kalimantan Barat.
Pada blog post kali
ini Bee mau cerita pengalaman seharian keliling Pontianak. Perjalanan ngebloang
tersebut bersama teman saya, Kak Maya. Bermodalkan sepeda motor, kami berangkat
jam 9 pagi.
“Ah, akhirnya Bee
keluar dari sarang,” batin Bee dalam hati.
Soalnya semenjak
kepulangan dari Depok ke Pontianak, baru kali itu Bee bisa jalan–jalan.
Padahal Bee sudah hampir sebulan di Kota Khatulistiwa ini.
Jujur saja Bee
excited banget buat jalan–jalan menjelajahi Pontianak. Karena pengalaman
sebelumnya, setiap Bee pulang dari tanah rantau selalu saja nggak kesampaian
untuk explore Pontianak. Padahal kota kelahiran Bee ini setiap tahun selalu ada
saja yang baru dan menarik.
Bagaimana keseruan
Bee dan Kak Maya blusukan (traveling) keliling Pontianak. Mari kita mulai saja.
1. Taman Digulis
Pontianak
Tugu Digulis atau Tugu Bambu Runcing |
Jam Nixon Bee
menunjukkan angka 9 pagi. Langit biru cerah dan panasnya sinar matahari
perlahan mulai terasa terik. Sedangkan keadaan jalan di Pontianak seperti biasa
ramai lancar.
Di perjalanan ke Museum,
Bee dan Kak Maya melewati Tugu Bambu Runcing yang disebut juga dengan Taman
Digulis Pontianak. Karena sudah terlanjut lewat, kami pun memutuskan untuk
mampir ke taman favorit masyarakat Pontianak yang sekarang sudah semakin
cantik.
Sesampai di sana kami
berfoto ria berlatarkan giant letter bertuliskan “Taman Digulis Pontianak” dan bambu
runcing. Fasilitas taman pun lengkap, ada jogging track, tempat duduk, tempat
sampah, tempat bermain anak dan toilet. Ada juga kantin yang tak jauh dari
taman. Kantin “serba murah” menu khas mahasiswa.
Saking serunya foto–foto,
kami sampai lupa waktu kalau ternyata sudah satu jam lebih main di sana. Bee
rasa kalian pun kalau ke sini juga bisa tak ingat waktu, soalnya Taman Digulis
termasuk taman yang instagramable.
Main Tabak lok! |
Be free |
Taman yang berlatar
air mancur ini, tak hanya menarik saat siang hari. Ketika malam hari, juga terlihat
semakin menawan dengan lampu kerlap–kerlip dari tugu bambu runcing dan air yang
menari.
Tak heran taman ini
menjadi favorit masyarakat Pontianak baik weekday maupun weekend. Karena selain
gratis, tempatnya pun cantik.
Eh, ada lagi. Di sini
juga menjadi titik simpul jika ada aksi demonstrasi oleh mahasiswa atau
pergerakan. Maupun untuk kegiatan aksi sosial lainnya.
2. Museum Provinsi
Kalimantan Barat
Museum Provinsi Kalimantan Barat |
“JAS MERAH. Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah.” (Ir. Soekarno)
Begitulah pesan
Soekarno. Meskipun sebelumnya Bee sudah pernah main ke sini. Tapi tetap saja
ada kerinduan untuk melihat kembali sejarah peradaban Kalimantan Barat. Oleh
sebab itu Bee mengajak Kak Maya untuk mampir juga ke Museum Provinsi Kalimantan
Barat.
Kurang lebih lima
belas menit, Bee dan Kak Maya sampai di Museum yang berada di Jalan Ayani 1.
Seperti tahun
sebelumnya, Museum Provinsi Kalimantan Barat tak banyak mengalami perubahan.
Meskipun begitu tempat yang menyimpan sejarah ini terlihat menarik dengan adanya air mancur
dan taman di depan Museum.
Museum di buka setiap
hari kecuali hari senin. Hari Selasa sampai Jumat, museum hanya buka dari pukul
8 pagi hingga 2.30 siang. Sedangkan hari Sabtu, Minggu dan Libur Nasional,
Museum hanya buka sampai jam 2 siang.
Harga tiket masuknya
sangat terjangkau kok. Untuk siswa dan mahasiswa hanya dipungut Rp.2000,-/orang.
Sedangkan umum, Rp.3.000,-/orang. Kalau wisatawan asing Rp.10.000,-/orang.
Koleksi alat musik di museum |
Alat tenun |
Museum yang
diresmikan pada 2 April 1988 ini terdapat banyak barang–barang bersejarah.
Seperti Pakaian Sultan Pontianak, Pistol VOC, mata uang kuno, manik-manik khas
Kalbar dan lain–lain. Hal menarik lainnya adalah, di museum ini kita dapat
menikmati panorama tiga etnis yang ada di Kalimantan Barat, seperti model rumah
adat masyarakat Dayak, rumah adat masyarakat Melayu dan bangunan khas
masyarakat Tionghoa.
Di depan bangunan khas Tionghoa |
3. Rumah Radakng
(Rumah Adat Dayak Kalimantan Barat)
Rumah Radakng |
Masyarakat Kalimantan
Barat berasal dari berbagai macam etnis. Salah satunya adalah etnis Dayak.
Perjalanan dari
Museum ke Rumah Radakng kurang lebih tiga puluh menit. Di perjalanan, Bee dan
Kak Maya melewati Taman Akcaya yang sudah cantik dengan giant letter
bertuliskan “Taman Akcaya” di atas replika Perahu Lancang Kuning. Selain itu pepohonan
di sekitar membuat taman semakin hijau. Dulu, Taman Akcaya ini hanyalah lahan
yang memisahkan pembatas jalan di kawasan Kota Baru, kawasan daerah
perkantoran. Kini, kawasan yang penuh dengan pepohonan itu dijadikan taman dan tempat alternatif rekreasi kota.
Sesampai di Rumah
Radakng, terasa kemegahannya. Tinggi rumah adat ini sekitar tujuh meter dan
panjangnya 138 meter.
Rumah panjang suku
Dayak Kanaytn di Provinsi Kalimantan Barat ini telah tercatat di Rekor Muri
Indonesia pada tahun 2013 sebagai rumah adat terbesar di Indonesia loh. Jadi
tak heran kalau rumah adat ini telah menjadi landmark Kota Pontianak.
Rumah adat yang mampu
menampung 600 orang ini memiliki desain unik seperti ukiran–ukiran khas etnis
dayak dengan dominan warna merah. Membuat rumah adat ini semakin terlihat
eksotis. Tentu saja juga cantik sebagai tempat foto–foto.
Kak Maya selfie dulu. |
Tiang-tiang Rumah Radakng |
Eksplor Rumah Radakng |
Lokasi Rumah Radakng,
berada di Komplek Perkampungan Budaya di Jalan Sutan Syahrir Kota Baru
Pontianak. Berbagai aktivitas dan festival budaya sering dilaksanakan disini. Rumah
Radankng ini pun berdampingan dengan Rumah Adat Budaya Melayu, yang
melambangkan kerukunan dua etnis terbesar di Kalimantan Barat ini.
4. Tugu Khatulistiwa
Tugu Khatulistiwa |
Rasanya belum sah,
kalau keliling Pontianak nggak ke Tugu Khatulistiwa. Obyek wisata Kalimantan Barat favorit wisatawan domestik hingga mancanegara.
Jarak Tugu
Khatulistiwa memang cukup jauh. Apalagi ketika itu jam menunjukkan pukul 1
siang. Saat dimana matahari di langit Pontianak lagi terik–teriknya. Tapi Bee
dan Kak Maya tetap memacu sepeda motor menuju Tugu Khatulistiwa dengan semangat.
Dari pusat kota, kira–kira jaraknya 3 KM atau kurang lebih setengah jam
lamanya.
Tugu Khatulistiwa
atau Equator Monument ini dibangun sebagai penanda bahwa setiap setahun dua
kali terdapat fenomena alam yang disebut Titik Kulminasi. Dimana pada tanggal
21–23 Maret dan 21–23 September, semua bayangan benda di sekitar daerah tugu
akan menghilang beberapa detik. Karena saat itu posisi matahari akan tepat
berada di atas kepala. Menarik, bukan?
Tugu Khatulistiwa dari jauh |
Pemandangan sekitar Tugu Khatulistiwa |
Untuk wisatawan dari
luar daerah Kalimantan Barat, akan ada sertifikat gratis yang diberikan sebagai
tanda kalau kita telah sampai di posisi 0 derajat. Nih ya, kalau misalnya Bumi
dibelah bagian utara dan selatannya, maka Pontianak di tengahnya. Karena itu
jika menginjakkan kaki disini, berarti kita ditengah–tengah utara dan selatan
bumi.
Oh iya, sekitaran Tugu
Khatulistiwa ini sudah mulai berbenah dan akan semakin cantik nantinya. Terlihat
beberapa bagian masih dalam tahap pembangunan. Tapi kami tetap masih bisa ambil
foto dengan nyaman. Tentu saja tempatnya cocok buat kamu yang ingin halaman
instagram-nya cantik dan kekinian.
5. Masjid Jami’
Sultan Syarif Abdurrahman
Tempat terkahir yang
Bee dan Kak Maya kunjungi adalah Masjid Jami’. Di sana kami shalat ashar
sekalian istirahat. Karena jujur saja keliling Pontianak di tengah teriknya
matahari membuat badan kami ‘meleleh’.
Setelah shalat dan
duduk sebentar. Kami pun bersemangat kembali untuk foto–foto. Sore itu langit
masih cerah dan suhu mulai tak sepanas siang tadi. Alhasil tanpa kami sadari, album
foto di gadget sudah mulai penuh.
Masjid Jami’ ini
merupakan masjid tertua di Pontianak dan termasuk bangunan bersejarah. Masjid
yang terletak di perkampungan Beting ini merupakan bukti sejarah berdirinya
Kota Pontianak pada tahun 1771.
Nilai plus dari
mengunjungi Masjid Jami’ adalah kita bisa sekaligus berkunjung ke Istana
Keraton Kadriyah dan menikmati suasana sungai terpanjang di Indonesia (Sungai
Kapuas).
Banyak aktivitas yang
dapat wisatawan lihat dan lakukan sekitar tepian Sungai Kapuas. Mulai dari main
layang–layang, hingga olahraga air seperti kano.
Gaya arsitektur Masjid
Jami’ dan Keraton Kadriyah memiliki ciri khas pada warna catnya yang hijau dan
kuning. Kedua bangunan tersebut juga
menjadi daya tarik wisatawan yang tak hanya ingin mengetahui sejarah Pontianak.
Tapi juga budaya Melayu Pontianak.
Arsitektur Masjid Jami' yang khas |
Berikut tips untuk kalian yang ingin traveling ke Pontianak:
1. Kendaraan
Angkutan umum di
Pontianak ada yang namanya Oplet. Namun jumlahnya sudah tak banyak lagi. Untuk
memaksimalkan waktu, Bee sarankan untuk rental mobil. Sekarang di Pontianak
yang menyediakan jasa rental mobil sudah sangat banyak. (Sudah ada ojek online, jadi sangat memudahkan sobat traveller)
2. Cuaca
Cuaca di Pontianak
apabila saat musim kemarau, bisa sangat panas. Suhunya bisa mencapai 33 derajat
celcius tapi terasa seperti 40 derajat. Oleh sebab itu selama perjalanan selalu
sedia air minum. Demi menghindari dehidrasi. Gunakan juga pakaian yang nyaman
dan tidak mudah panas.
Sebenarnya masih ada dua tempat lagi yang Bee ingin kunjungi, yaitu pusat oleh–oleh di kawasan PSP (Jalan Patimura) dan Taman Alun Kapuas. Karena suatu lain hal, akhirnya kami berdua putuskan untuk pulang saja. Tapi buat kalian yang main ke Pontianak, jangan lupa mendatangi dua tempat tersebut. Berburu oleh–oleh di PSP dan menikmati suasana malam Kota Pontianak di Taman Alun Kapuas.
Sebelum menutup tulisan ini, ada lagi yang menjadi ciri khas Kota Pontianak yakni “warung kopi”. Nah, Pontianak memiliki ratusan warung kopi, dengan berbagai cita rasa, sepanjang Jalan Gajah Mada, kini sudah dinamai dengan kopi street. Bukan saja Jalan Gajah Mada, tapi jalan-jalan yang berada di sekitaran kawasan Gajah Mada pun banyak ditemui warung kopi. Putar ke arah utara dari Gajah Mada, masuk Jalan Tanjungpura, pun juga banyak ditemui warung kopi. Semuanya, tak pernah sepi. Warung kopi menjadi ciri khas wisata kuliner Kota Pontianak. Cukup pesan segelas kopi, duduk berjam-jam, ngobrol dari politik sampai bisnis, dari blukar (marketer) sampai bos dan pejabat pun, ngumpulnya di warung kopi.
Oke sekian cerita
pengalaman Bee bersama Kak Maya keliling Pontianak selama satu hari. Semoga
yang belum main ke Pontianak, bisa berkunjung ke sini. Buat kalian yang ingin
backpackeran ke Pontianak, tempat-tempat di atas sangat Bee rekomendasikan.
Dari kelima tempat tersebut hanya satu yang perlu membayar tiket masuk yaitu
Museum. Selebihnya, masuk gratis alias tidak dipungut biaya.
Oh iya, Bee juga pernah upload video perjalanan di tempat wisata lainnya. Wisata Pantai Batu Payung Mimi Land, pesona wisata Kalimantan Barat yang bagus dan menarik untuk dikunjungi.
Sekian cerita perjalanan Bee satu hari keliling Pontianak. Sampai jumpa di
cerita perjalanan selanjutnya. Pesan Bee seperti biasa, terus bersyukur dan
tebar kebaikan. Salam.
pasti seru ya bisa keliling2 pontianak.. suatu kesenangan tersendiri.. saya juga pernah mengelilingi kota gitu... asyik.. apalagi klo banyak temen lebih asyik lagi..
BalasHapusyap. traveling bareng teman, berasa lebih rame ya
HapusRumah Radakngnya luas dan unik banget ya mba, pengen ke situ juga nanti kalo ada kesempatan ke Kalimantan :)
BalasHapusaamiin. semoga bisa main ke sini ya mba Lily
Hapussukses ya okka, sayangnya waktu aku ke pontianak kemarin okka belum pulang, tapi seru juga solo traveler
BalasHapusiya nih. hehe. next time semoga ke pontianak nya pas lagi ada aku ya mba :D
HapusWow Pontianak seru banget ya. Saya jadi pengen datang berkunjung ke sana. Apalagi setelah kemarin famstrip di Madura dan kenalan sama blogger Pontianak dan sekarang baca ulasan mba. Semoga bisa berjumpa ya kita. :D
BalasHapusaamiin. saya tunggu di pontianak mba silviana :D
HapusKalau Main ke Pontianak, saya pingin ke Rumah Radakng .........
BalasHapusmesti itu mba hehe :D
HapusPontianak ternyata luas ya,
BalasHapusaku kira cuma anu :)
Siapa bilang pontianak kecil :P
Hapusmbak saya dari smp smp dari siantan ke kota baru gak pernah sampe 1,5. paling lama juga 30 menit sampe ke tugu dengan kecepatan normal klo gak macet. apalagi klo tengah hari 😆
BalasHapusThank you so much niee koreksinya. Keder nulisnya ampe satu setengah jam hehe.
Hapus